Senin, 29 Oktober 2007

Shock Therapy Tuhan

Setelah kejayaan bangsa Timur runtuh karena tergoda dunia hingga melalaikanprinsip-prinsipnya sendiri yang selama ini diagungkan. Bangsa Barat (Amerikadan Eropa) yang menjajah mereka tidak ingin mereka benar-benar merdeka dannyatanya berhasil membuat mereka menjadi bangsa-bangsa yang hanya merdekasecara formal (baca semu!).

Tidak benar-benar merdeka. Di berbagai bidang kehidupan boleh dikata merekamasih terjajah. Bangsa kita, terutama di bawah rezim Orde Baru, bahkanseperti kehilangan idealisme kemerdekaannya. Penguasa Orde Baru yang sejakawal membangun dengan berkiblat kepada Barat yang kapitalis danmaterialistis akhirnya terseret kepada nasib seperti petani miskin yangterjerat dominasi tengkulak. Di bawah dominasi dan hegemoni negara asing,penguasa Orde Baru pun menjadi tengkulak yang mendominasi dan membodohirakyatnya sendiri. Dan, tak ada tengkulak yang senang petani miskin menjadipandai dan kuat. Begitulah, maunya membangun ekonomi alih-alih menumpukutang.

Pembangunan yang digembar-gemborkan sebagai membangun manusia seutuhnya-seperti diisyaratkan lagu kebangsaan kita, "…bangunlah jiwanya,bangunlahlah badannya…", kenyataannya hanya badan, raga, daging, yang terusdiperhatikan dan dibangun. Bahkan, apa yang disebut pembangunan agama pundipahami sebagai pembangunan fisik; membangun masjid, langgar, dsb. Olahragadibina oleh para menteri dan jenderal dengan anggaran yang setiap saat terusditingkatkan, sementara olahjiwa dibiarkan begitu saja. Ancaman terhadapraga jauh lebih kita takuti ketimbang ancaman terhadap jiwa. Kita menjadimasyarakat yang benar-benar khas masyarakat materialistis, sepertimasyarakat negara yang kita contoh, Amerika dan semisalnya.

Itu belum seberapa. Yang paling parah, minimal menurut saya, adalah dampakyang menimpa "isi kepala" kita. Kekaguman (baca kesilauan) dan peniruan(baca pembebekan) kita terhadap Amerika dan semisalnya telah membuat kitamelupakan nilai-nilai mulia kita sendiri. Bahkan, kita menjadi asingterhadap norma-norma dan ajaran kita sendiri. Mulai gaya hidup hingga carapikir kita diam-diam telah terseret mengikuti pola mereka. Malah, lidah kitapun sudah mulai terseret mengikuti selera mereka. Bir dan Coca-Cola mulaiterasa lebih menyegarkan (tepatnya: lebih bergaya) ketimbang, misalnya,legen dan wedang jahe; pizza Hart dan hamburger terasa lebih nikmat(tepatnya: lebih bergengsi) ketimbang, misalnya, lemper dan empek-empek;dsb. dst. Orang modern pun ialah yang masuk restaurant McDonal's atauKentucky atau California Fried Chicken dsb. Hanya orang terbelakang yangmasuk Warung Tegal atau Warung Padang. Ini bisa Anda perpanjang sendirisampai ke soal cara bicara, gaya pakaian, dan model rambut.

Ajaran kita sendiri yang melihat dunia hanya sebagai wasilah, sarana hidup,pun sudah kita tinggalkan dan kita, sadar atau tidak, telah memandang duniasebagai ghayah, tujuan hidup. Doa sapu jagat "Rabbanaa aatinaa fiddunyahasanah wafil akhirati hasanah…"; yang untuk dunia, kita maksudkan sebagaipermohonan bagi memperkuat "amal"; yang untuk akhirat hanya semata-mata doa.Pendidikan pun diarahkan untuk mencetak manusia yang pintar menguasai"dunia" seperti Amerika dan semisalnya. Murid yang budiman diganti denganmurid yang berprestasi. Peradaban yang agung ialah peradaban yang hebat darisegi duniawi seperti Amerika dan semisalnya. Manusia pun hanya menjadi"sumber daya" bagi membangun kehidupan duniawi.

Ketika pelajaran-pelajaran dari Tuhan berupa "penguasa-penguasa kecil dunia"yang berorientasi keduniaan belaka, seperti Marcos, Syah Iran, SaddamHussein, Soeharto, dsb., tidak kita cerdasi, akhirnya Tuhan memberikan shocktherapy dengan mencolokkan pada mata kita. George W. Bush dan Amerikanya,Tony Blair dan Inggrisnya, dan kroni-kroni mereka, para penguasanegara-negara yang selama ini -dan mungkin sampai saat ini- kita jadikankiblat peradaban ternyata memperlihatkan watak asli mereka yang biadab.Hanya karena mata uang yang terancam, minyak yang menggiurkan, dan gengsikekuasaan dunia, mereka menjadi kalap; membantai kemanusiaan dengan perasaanbangga; dan menutup telinga dari suara nurani dunia. KhatamaLlahu 'alaaquluubihim wa 'alaa sam'ihim wa 'alaa abshaarihim ghisyaawah, Allah telahmelak dan menyegel hati mereka serta menutup pendengaran dan mata mereka.Mereka pun menjadi shummun bukmun 'umyun fahum laa yafqahuun, tuli, bisu,buta, dan tak bisa berpikir jernih.

Rupanya sudah menjadi kebiasaan Tuhan bila menghendaki menghancurkan suatukaum dimulai dengan mencabut kemanusiaan dari penguasanya. Bangsa MesirKuno, misalnya, pernah dihancurkan dengan mencabut kemanusiaan daripenguasanya, Firaun. Kemudian, Anda bisa merunut sendiri sepanjang sejarah,penguasa-penguasa duniawi yang berorientasi kepada dunia semata-mata,bagaimana telah menjerumuskan kaum mereka ke dalam kehancuran; termasukpenguasa-penguasa negeri Islam yang kehilangan kejayaannya.

Nah, jika benar demikian, kita khawatir saat ini kaum dunia sedang terancamkehancuran total alias kiamat. Kecuali kita bisa mencerdasi shock therapyTuhan ini. Kita berani melawan dominasi dan hegemoni penguasa dunia yangsaat ini diwakili Bush cs, dengan melepaskan "kekaguman" kita yang melekatdi kepala kita kepada peradabannya -yang berorientasi keduniaan belaka- yangselama ini kita jadikan kiblat dan teladan. Bila selama ini kita beranggapanAmerika dan Barat sebagai paling maju, bisakah kini menganggap mereka palingmundur? Bila selama ini gaya hidup mereka kita anggap paling modern, bisakahkini menganggap mereka paling primitif? Atau, setidak-tidaknya, bisakah kitamemandang mereka dengan biasa, tanpa silau, sehingga kita tidak menjadi butadan merasa asing dengan patokan-patokan hidup kita sendiri. Tidak menjadibebek gagu yang hanya mengikuti ke mana tuntunan tongkat Sontoloyo; ataubahkan menjadi tongkatnya itu sendiri bagi menghajar kemanusiaan.Wallahu a'lam.

Yanu Perwira Adi P

Tidak ada komentar: